Pages

Minggu, 22 November 2009

Ibu, Kuatlah seperti Ibunda Hee Ah Lee Ini


Oh bunda, ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku - Melly Goeslaw

KOMPAS.com - Penggalan lirik lagu Bunda ciptaan Melly Goeslaw itu dilantunkan kembali oleh Hee Ah Lee. Pengucapannya memang tak begitu jelas, tapi pianis "empat jari" asal Korea itu membuatnya menjadi begitu menyentuh di hati pendengarnya.

Hadirin pada acara perayaan ulang tahun ke-30 Sekolah Kristen IPEKA, Sabtu (21/11) malam, pun memberikan tepuk tangan begitu lagu dadakan tersebut usai dimainkan. Perlu berbulan-bulan bagi Hee Ah untuk menghapalkan lafal lirik berbahasa Indonesia tersebut. Sebuah perjuangan keras yang dibentuk berkat Woo Kap Sun, ibu dan orangtua tunggal dari Hee Ah.

Hee Ah, demikian panggilan gadis kelahiran 9 Juli 1985 tersebut, menderita ectrodoctyly atau lobster claw syndrome sejak lahir. Sindrom langka ini hanya terjadi sekali dalam 10.000 kelahiran. Sindrom inilah yang mengakibatkan jari-jari tangan Hee Ah tumbuh tidak sempurna. Kedua tangannya hanya memiliki empat jari, dua di tangan kanan dan dua di kiri. Kedua kakinya juga tidak utuh, hanya sebatas lutut.

Atas petunjuk dokter, Woo Kap meminta Hee Ah belajar piano sejak usia 6 tahun sebagai terapi untuk menguatkan jari-jarinya. Siapa sangka, berkat keuletan dan kedisiplinan dari sang ibu, terapi itu berubah menjadi latihan ekstrakeras. Di kemudian hari, upaya tersebut membuat Hee Ah menjadi pemain piano terkenal.

"Saya merasakan didikan ibu sangat keras. Kadang saya merasa ibu saya seperti ibu tiri," kata Hee Ah dalam jumpa pers sebelum tampil di panggung.

Ya, disiplin keras dan kemauan kuat itu menjadi modal utama Woo Kap selama mengasuh Hee Ah. Saat ditemui Kompas.com, Woo Kap menggambarkan tidak mudah mengarahkan anak berkebutuhan khusus seperti Hee Ah.

"Saya sendiri yang harus kuat," kata Woo Kap melalui seorang penerjemah. "Main piano itu kan jarinya harus kuat, jadi saya harus keras mendidik anak seperti Hee Ah. Semuanya perlu waktu dan membutuhkan kesabaran."

Memang tak mudah mendidik anak dengan cara seperti itu. Woo Kap bahkan pernah merasa putus asa ketika Hee Ah tidak dapat bermain piano lagi saat usianya 13 tahun. Waktu itu Hee Ah mengalami benturan di kepala sehingga otaknya tak dapat bekerja optimal. Ini menyebabkan koordinasi dengan bagian tubuh yang lain menjadi terganggu. Selama setahun Hee Ah tidak dapat bermain piano lagi dan saat itulah Woo Kap mulai menyerah.

"Waktu itu saya berpikir (usaha) Hee Ah bakal berakhir, apalagi dia mulai dalam masa puber dan ayahnya juga sudah meninggal," kenang Woo Kap. "Tapi kemudian ada sebuah media di Korea yang membuat headline besar berisi dukungan kepada Hee Ah dan itu menjadikan Hee Ah kembali bersemangat."

Tuhan memang maha baik. Hee Ah kemudian bisa bermain musik lagi. Sikapnya yang selalu ceria dan mudah bersahabat membuatnya semakin digemari banyak orang. Dalam setiap penampilannya, Hee Ah tidak hanya memamerkan kebolehannya meniti anak-anak tangga pada piano, tapi juga memberikan pesan bagi siapapun yang mendengar musiknya. "Jangan takut jika Anda merasa tidak punya apa-apa. Tuhan akan membantumu," katanya sebelum melantunkan lagu Bunda.

Woo Kap pun gembira atas keberhasilan anaknya, tapi ia ingat bahwa ia harus tetap mendidik Hee Ah dengan kedisiplinan tinggi termasuk meminta Hee Ah untuk tidak berpacaran dulu. Ia berharap agar putrinya fokus pada pekerjaan hingga beberapa tahun ke depan.

"Sekarang sih belum ada cowok. Kalaupun ada, sebaiknya jangan dulu. Nanti saja setelah usia 30 tahun. Sekarang fokus ke pekerjaan dulu, membahagiakan orang banyak," ujar Woo Kap.

Kisah sukses itu patut dicontoh oleh orangtua di Indonesia. Koordinator Pusat Sekolah Kristen IPEKA Petroes Styoboedhie Soeryo mengatakan, pihaknya sengaja mengundang Hee Ah untuk memberikan inspirasi bagi orangtua dan anak-anak agar berprestasi lebih baik.

"Indonesia ini punya banyak anak pintar. Kami mengundang Hee Ah Lee dengan tujuan agar ia menjadi inspirasi bagi orang tua dan anak-anak untuk berprestasi lebih baik lagi," kata Petroes.

Selain Hee Ah, perayaan ulang tahun IPEKA itu juga dihadiri oleh salah satu alumni mereka, Stephanie Senna. Stephanie merupakan peraih medali emas Olimpiade Biologi Internasional 2007 di Kanada, bertepatan pada saat ibunya meninggal dunia akibat kanker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar